SEBUAH
INTERPRETASI TERHADAP PERUJUKAN EMBRIOLOGI DI AL-QUR’AN
Keith L.
Moore, Ph.D., F.I.A.C
Jurusan Anatomi, Universitas Toronto, Kanada
Alamat untuk semua korespondensi di :
Keith L. Moore, Ph.D, F.I.A.C., Profesor Anatomi dan ketua dekan Sains
dasar, Fakultas Ilmu Kedokteran
Universitas
Toronto, Toronto, Ontario M55 IAB, Kanada.
ernyataan-pernyataan berkenaan tentang reproduksi manusia dan
perkembangannya sebenarnya berserakan dan tersebar di dalam Al-Qur’an.
Akhir-akhir ini saja pemaknaan saintifis dari ayat-ayat al-Qur’an telah
benar-benar difahami secara penuh.
Penundaan yang lama dalam penafsiran ayat-ayat ini secara benar
menyebabkan secara umum terjadinya ketakakuratan translasi dan penjelasannya
dikarenakan lemahnya pengetahuan ilmu pengetahuan saintifik.
Ketertarikan di dalam menjelaskan ayat-ayat Al-Qur’an
bukanlah suatu hal yang baru. Orang-orang zaman dahulu biasanya bertanya
langsung kepada Nabi Muhamad berbagai bentuk pertanyaan tentang makna dari
ayat-ayat yang berkenaan dengan
reproduksi manusia dan jawaban RasuluLlah membentuk dasar dari
literature hadits.
translasi ayat-ayat al-Qur’an yang diinterpretasikan di
makalah ini disediakan oleh Syaikh Abdul Majid Az-Zindani*, seorang professor
studi islam di Universitas King Abdul Aziz, Saudi Arabiyyah.
R Berfirman Allah Ta'ala :
“Yakhluqukum
fi buthuuni ummahatikum kholqon min ba’di kholqin fi adh-dhulumaati tsalaatsi =
Dia menjadikanmu dalam perut (uterus) ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga
kegelapan”
pernyataan ini terdapat pada QS Az-Zumar 39:6. Kita tidak
mengetahuinya hingga hal ini disadari
bahwa manusia mengalami perkembangan di dalam perut (uterus), namun ilustrasi
pertama yang diketahui dari sebuah janin digambar oleh Leonardo Da Vinci pada
abad ke-15. pada abad ke-2 Masehi, Galen menggambarkan Plasenta dan membran
fetal di bukunya yang berjudul ‘On the formaton of the Fetus’. Karena itu, para
dokter pada abad ke-7 M. kemungkinan besar telah mengetahui bahwa embrio
manusia berkembang di dalam uterus. Namun tetap tak mungkin mereka mengetahui
bahwa embrio tersebut berkembang secara bertahap, walaupun Aristoteles telah
menggambarkan tahap-tahap perkembangan embrio ayam pada abad ke-4 sebelum
masehi. Pemahaman bahwa embrio manusia berkembang secara bertahap tidak dibahas
dan diilustrasikan sampai abad ke-15.
Setelah Mikroskop ditemukan pada abad ke-17 oleh
Leueewenhoek, deskripsi tentang embrio ayam dibuat. Tahap perkembangan pada
manusia tidak dibahas sampai abad ke-20. Streeter (1941) mengembangkan sistem
pertama kali tentang tahap perkembangan embio yang kemudian digantikan oleh
system yang lebih akurat yang dikemukakan oleh O’Rahilly (1972).
‘Fii Dhulumaatin tsalaatsin’ = Dalam tiga kegelapan’ merujuk kepada :
1)
Dinding anterior abdomen
2)
Dinding uterus
3)
Membran Amniochorionic (Gambar 1)
Walaupun ada penafsiran yang lain tentang pernyataan ini, yang disajikan di
atas adalah yang tampak paling logis dari sebuah pandangan embriologi.
(Gambar 1. Gambar irisan sagital dari abdomen dan pelvis
wanita menunjukkan janin di dalam uterus. Tiga kegelapan tersebut adalah : (1)
Dinding anterior abdomen, (2) Dinding uterus, dan (3) Memban Amniochorionic.)
R Berfirman Allah Ta'ala :
“Tsumma
ja’alnaa nuthfatan fii qoroorin makiin = Kemudian kami jadikan saripati itu air
mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).”
Pernyataan ini terdapat dalam QS Al-Mu’minuun 23 : 13.
Tetesan atau nuthfah ditafsirkan sebagai sperma atau spermatozoa, namun
penafsiran yang lebih berarti adalah zigot yang membelah diri membentuk
blastocyst yang tertanam di uterus (Tempat yang kokoh). Penafsiran ini didukung
oleh ayat lain di Al-Qur’an yang menyatakan bahwa “Inna Kholaqnal insaana min
nuthfatin amsyaaji = Sesungguhnya kami mennciptakan manusia dari
tetesan air yang bercampur.” (QS 76:2) Zigot membentuk penggabungan dari sebuah
percampuran sperma dan ovum (‘air yang bercampur’).
R Allah Ta'ala berfirnan :
“Tsumma
kholaqnaa an-nuthfata ‘alaqotan = Kemudian nuthfah tersebut kami jadikan
‘alaqoh”
Pernyataan ini terdapat dalam QS Al-Mu’minuun 23 : 14. kata ‘alaqoh bisa jadi bermakan ‘lintah’
atau ‘penghisap darah’. Ini adalah deskripsi yang tepat bagi embrio manusia
sejak berusia 1-24 hari ketika menempel di endometrium pada uterus, serupa
sebagaimana ‘lintah’ menempel di kulit.
Sebagaimana pula ‘lintah’ memperoleh darah dari inangnya, embrio manusia
juga memperoleh darah dari endometrium deciduas saat hamil. Hal ini sangat luar
biasa bagaimana embrio yang berumur 23-24 hari bisa menyerupai seekor lintah
(Gambar 2). Selama mikroskop dan lensa belum ditemukan pada abad ke-7, para
dokter tidak akan tahu bahwa embrio manusia memiliki penampakan seperti lintah.
Pada permulaan minggu ke-4, embrio nyaris terlihat dengan mata telanjang
dikarenakan ukurannya yang lebih kecil dari sebiji gandum.
Gambar 2. Atas, sebuah gambar dari lintah atau penghsiap
darah.
Bawah, sebuah gambar dari embrio berusia 24 hari.
Perhatikan penampakan seperti lintah pada embrio manusia dalam tahap ini.
Gambar 3. Kiri, model plastik embrio manusia yang
memiliki penampakan gumpalan daging. Kanan, sebuah gambar embrio berusia 28
hari yang menunjukkan beberapa somit seperti manik-manik yang menyerupai tanda
gigi pada pada model yang ditunjukkan di kiri.
R Allah Ta'ala berfirman :
“Fa
kholaqnaa al-alaqota mudhghotan = lalu ‘alaqoh itu kami jadikan mudhghoh”
Kata Mudghah bermakna “substansi yang dikunyah atau
gumpalan yang dikunyah”. Akhir minggu ke empat, embrio manusia tampak seperti
gumpalan yang dikunyah atau daging (gambar 3). Penampakan kunyahan menunjukkan
dari somit yang menyerupai tanda gigi. Somit merepresentasikan permulaan
primordia dari vertebrae.
R Allah Ta'ala berfirman :
“Fakholaqnaa
al-mudghota ‘idhoman fakasawnaa al-‘idhooma lahmaan = kemudian kami jadikan
mudghoh itu ‘idhoman (tulang belulang), lalu ‘idhoma itu kami bungkus dengan
lahma (daging/otot)”
Lanjutan Surat 23:14 itu mengindikasikan bahwa setelah
tahap mudhghoh, tulang belulang dan otot terbentuk. Hal ini sesuai dengan
perkembangan embriologi. Pertama tulang terbentuk sebagai model kartilago
(tulang rawan) dan otot (daging) berkembang menyelimutinya dari mesodermal
somatik.
R Allah Ta'ala
berfirman :
“Tsumma
ansya-naahu kholqon aakhor = kemudian kami jadikan dia makhluk yang berbentuk
lain”
Lanjutan surat 23:14 ini mengimplikasikan bahwa tulang
dan otot menghasilkan bentukan/formasi makhluk dengan bentuk yang lain. Hal ini
bisa mengacu pada manusia yang berbentuk embrio yang terbentuk di akhir minggu
ke delapan. Pada tahap ini, embrio memiliki karekteristik khusus dan memiliki
primordia (bakal) seluruh organ dan bagian-bagiannya baik internal maupun
eksternal. Setelah minggu ke delapan, embrio ini disebut fetus. Hal ini
menunjukkan makhluk yang baru sebagaimana dirujuk oleh ayat tadi.
R Allah Ta'ala berfirman :
“Wa
ja’ala lakum as-sam’a wa al-abshor wa al-af’idah = dan Ia menjadikan bagimu
pendengaran, pengelihatan dan pemahaman (hati)”
Penggalan surat As-Sajdah 32 : 14 ini mengindikasikan
bahwa indera khusus seperti pendengaran, pengelihatan dan peraba berkembang
dalam tahap ini, adalah benar. Primordia (bakal) telinga internal nampak
sebelum permulaan perkembangan mata, dan otak (tempatnya pemahaman)
berdiferensiasi terakhir kali.
R Allah Ta'ala berfirman :
“Tsumma
min mudghotin mukhollaqotin wa ghoiri mukhollaqotin = Kemudian dari segumpal
daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna”
Penggalan surat
Al-Hajj 22 : 5 ini tampaknya mengindikasikan bahwa embrio tersusun atas
jaringan yang berdiferensiasi dan jaringan yang tak berdiferensiasi. Sebagai
contoh, ketika tulang kartilago (rawan) berdiferensiasi, jaringan ikat embrio
atau mesenkim yang menyelubunginya tak berdifirensiasi. Ia akan berdiferensiasi
kemudian menjadi otot dan ligamen yang menempel di tulang.
R Allah Ta'ala berfirman :
“Linubayyina
lakum wa nuqirru fil arham maa nasyaa’u ila ajalin musamma = Agar kami jelaskan
kepadamu dan kami tetapkan di dalam rahim (uterus), apa yang kami kehendaki
sampai waktu yang telah ditentukan”
Lanjutan penggalan surat 22:2 ini tampaknya menyatakan
bahwa Tuhan telah menetapkan dan menentukan embrio di dalam uterus sampai masa
penuhnya. Hal ini juga diketahui secara terang bahwa banyak embrio gagal
berkembang selama bulan pertama perkembangannya, dan hanya sekitar 30% zigot
yang terbentuk, berkembang menjadi fetus yang selamat hingga kelahiran. Ayat
ini juga menunjukkan penafsiran makna bahwa Tuhan telah menentukan apakah
embrio akan berkembang menjadi pria ataukah wanita.
Penafsiran dari ayat-ayat dalam Qur’an mengenai
perkembangan manusia tidak akan mungkin bisa dilakukan pada abad ke-7 H, atau
terlebih lagi beratus-ratus tahun yang lalu. Kita dapat menginterpretasikannya
sekarang karena sains modern tentang embriologi mampu memberikan pemahaman
baru. Tanpa keraguan, masih banyak ayat-ayat di al-Qur’an tentang perkembangan
manusia yang akan difahami lebih jauh di masa depan sejalan dengan
berkembangnya pengetahuan kita.
* Walaupun translasi
dari ayat-ayat al-Qur’an di atas disiapkan oleh Syaikh Abdul Majid az-Zindani,
link ke translasi pada halaman ini daimbil dari Yusuf Al-Qur’an Translation
(http:/qibla.msa.upenn.edu/alim_online/yali_trans/yasurahl.htm) dihadirkan oleh
Alim online sejak translasi Syaikh az-Zindani idak tersedia lagi di internet. (MSA-UTK)
Translator : Ibnu
Burhan