Kamis,
1 Oktober 1998
Dunia Prihatin
Saksikan Malaysia
Kuala Lumpur,
Kompas
Dunia internasional
tidak bisa membiarkan lagi kekuasaan politik digunakan untuk menahan seseorang
tanpa lewat proses hukum yang jelas dan menganiaya seseorang seperti dialami
mantan Deputi PM Anwar Ibrahim (51). Karena itu, penganiayaan terhadap
Anwar segera mengundang reaksi keras dan keprihatinan dari berbagai negara,
mulai dari Amerika Serikat, Australia, sampai Amnesti Internasional.
Akan tetapi,
seperti mengabaikan segala protes dan desakan arus kuat internasional agar
Anwar dibebaskan, PM Mahathir Mohamad justru mengambil langkah menentang
arus. Di hadapan para wartawan, dengan tenangnya Mahathir hari Rabu (30/9)
mengatakan, Anwar mungkin memukul dirinya sendiri untuk menarik perhatian
internasional bahwa dirinya disiksa polisi. Demikian dilaporkan wartawan
Kompas, Asep Setiawan dari Kuala Lumpur.
Pernyataan Mahathir
itu juga sekaligus menangkis keterangan Dokter Ahmad Shukri Mohamed kemarin.
Setelah memeriksa Anwar, 29 September lalu, Ahmad Shukri Mohamed yakin
Anwar diserang bagian dahi kiri dan lehernya. "Akibatnya, matanya jadi
rabun, sukar melihat. Matanya jadi rabun karena darah mengalir dari luka
di dahi kiri mengenai mata," jelasnya.
Ketika
tampil di pengadilan hari Selasa, Anwar mengaku dianiaya polisi. Ia mengaku
ketika ditahan matanya ditutup, tangannya diikat lalu dipukuli polisi sehingga
leher dan dahi bagian kirinya luka sampai mengucurkan darah. Bahkan setelah
dipukuli, ia pingsan sampai keesokan harinya.
Jangan menuduh
Namun
Mahathir menegaskan, jangan tergesa-gesa menuduh polisi bertindak brutal
terhadap Anwar sebelum penyelidikan. Ia menduga Anwar memprovokasi polisi,
karena tidak masuk akal polisi melukainya sebelum dibawa ke pengadilan.
"Jika memang ada kebrutalan polisi, kami akan menyelidikinya dan kami akan
menindak mereka jika terlibat," kata Mahathir.
"Menurut banyak
orang, bukan tidak mungkin Anwar melukai diri sendiri. Dengan melakukan
hal itu, ia akan mendapat banyak manfaat sebab ia dapat memperlihatkan
bahwa telah disiksa oleh polisi," kata Mahathir.
"Saya tidak
berani mengatakan ia merencanakan hal itu, tetapi ada kemungkinan dengan
sengaja ia melakukannya, sebab polisi menahannya," kata Mahathir seperti
dikutip kantor berita Bernama.
Istri Anwar,
Wan Azizah Wan Ismail bereaksi keras terhadap pendapat bahwa suaminya sengaja
melukai dirinya sendiri. "Saya terkejut bahwa bekas dokter (Mahathir) dapat
mengatakan hal itu tanpa memeriksa suami saya," ujar Wan Azizah seusai
sidang pengadilan terhadap Anwar berlangsung di Petaling Jaya.
Perlakuan
semena-mena
Perlakuan
tidak manusiawi terhadap Anwar dan reaksi Mahathir tidak pelak lagi mengundang
reaksi dunia. "Kami sangat prihatin mendengar laporan tentang kebrutalan
polisi terhadap Anwar. Semua pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menjamin
keamanan mereka yang ditahan di penjara. Laporan-laporan itu harus diselidiki,
dan jika benar, pelakunya harus dibawa ke pengadilan," komentar juru bicara
Departemen Luar Negeri AS, James Foley.
PM Australia
John Howard menyatakan, pihaknya sangat prihatin mengenai laporan bahwa
Anwar dipukuli. "Saya tidak dapat mengatakan ya atau tidak. Saya hanya
dapat mengulangi keprihatinan saya tentang apa yang terjadi di Malaysia,"
katanya seperti dikutip AFP.
Sikap Amnesti
Internasional (AI) lebih tegas. Mereka menyatakan, apa yang dilakukan terhadap
Anwar merupakan "perlakuan semena-mena yang keras" menimbulkan kecemasan
tentang pemerintahan Mahathir. "Perlakuan yang diterima Anwar di tangan
polisi menunjukkan penolakan pemerintah Mahathir terhadap hak asasi manusia
yang mendasar".
"Jika tokoh
terkemuka dapat diperlakukan seperti itu, kita khawatir keselamatan mereka
yang tidak terkenal dan mereka yang ditolak berhubungan dengan pengacara
dan keluarganya," lanjut AI yang memprotes untuk ketiga kalinya tentang
penahanan Anwar sejak 20 September setelah dipecat sebagai Deputi PM 2
September lalu menggunakan Akta Keamanan Dalam Negeri (ISA/Internal Security
Act).
Menteri
Keuangan Perancis Dominique Strauss-Kahn menyatakan, Anwar "ditangkap di
negara sendiri untuk membela pendapat bahwa ia bukan orang Mahathir".
Mantan Gubernur
Hongkong, Chris Patten, menyatakan, Anwar berjuang demi kebebasan dan demokrasi.
Ia lalu bertanya, "Di mana sahabat-sahabat Anwar Ibrahim dan pengagumnya
dalam beberapa hari ini?" Mantan Presiden Filipina, Fidel Ramos pun mendesak
adanya penyelesaian krisis politik, namun ia tidak merujuk kepada Anwar.
Hari Minggu
lalu, ekonom senior Bank Dunia, Joseph Stiglitz mengatakan, Malaysia mungkin
menghadapi tindakan masyarakat internasional yang sama kuatnya seperti
terhadap Afrika Selatan termasuk sanksi ekonomi. Akan tetapi Mahathir menyatakan
tidak gentar menghadapi upaya-upaya merusak pemulihan ekonomi Malaysia
yang mulai dilanda resesi sejak Agustus lalu.*
Berita terkait:
Anwar:
Mahathir Diktator
Polisi
Taruh Api dalam Sekam
|