|
Jumat,
25 September 1998
Dipasung,
Hak Politik Istri Anwar Ibrahim
Kuala Lumpur,
Kompas
Pemerintah Malaysia
memang tidak main-main terhadap gerakan reformasi yang dipimpin mantan
Deputi Perdana Menteri Anwar Ibrahim. Setelah menangkap 18 tokohnya, massa
proreformasi hari Kamis (24/9) sama sekali tidak diberi peluang berkumpul.
Bahkan Wan Azizah Wan Ismail, istri Anwar, dijaga ketat di rumahnya, tidak
bisa lagi memberikan pernyataan-pernyataan politik atau berpidato dalam
rapat akbar. Bahkan massa proreformasi yang turun ke jalan diperingatkan
akan ditindak tegas.
Dengan
gertakan Akta Keselamatan Dalam Negeri (ISA) yang sudah menjerat 18 orang
itu, masyarakat tampak takut bergerak. "Kita bisa bercakap soal reformasi,
tapi tak bisa berbuat apa-apa," kata Ahmad, warga Kuala Lumpur. Masyarakat
sendiri kini menunggu kapan Anwar dipanggil ke pengadilan.
Wan Azizah
Rabu malam setelah rumahnya dilarang dikunjungi siapa pun, kecuali kerabatnya,
mengatakan, ia sekarang diancam dijerat dengan ISA. Demikian dilaporkan
wartawan Kompas Asep Setiawan dari Kuala Lumpur tadi malam.
"Saya menerima
perintah bahwa tak seorang pendukung pun dapat datang ke rumah saya, hanya
anggota keluarga dan kerabat. Tidak boleh ada pertemuan politik di rumah
saya," tuturnya setelah hari Rabu dipanggil ke markas besar kepolisian
di Kuala Lumpur. Jika hari Senin sampai Rabu rumah itu dijaga, dan orang
masih diizinkan keluar masuk, kemarin sama sekali dilarang.
Tokoh oposisi,
Lim Kit Siang, dari Partai Aksi Demokratik, menyatakan, tindakan terhadap
Azizah tak pernah terjadi sebelumnya. "Ini tampaknya ekses lain dari penggunaan
ISA," ujarnya.
Akan
mati
Inspektur
Jenderal Polisi Abdul Rahim Noor menegaskan, polisi akan menindak tegas
setiap perkumpulan masyarakat yang ada kaitan dengan Anwar. "Kami akan
membubarkan mereka," tegas Rahim. "Apa yang kita lihat di Jakarta, apakah
Anda ingin hal itu terjadi di sini? Mereka katakan 'reformasi', namun jika
mereka mau melakukannya, akan terjadi kekacauan," katanya. Seorang pejabat
pemerintah memperkirakan, setelah Anwar ditangkap, gerakan itu akan mati.
Sementara itu, PM Mahathir Mohamad mengumumkan, sejak kebijakan kontrol
devisa diterapkan, cadangan devisa meningkat 900 juta dollar AS. Menurut
Mahathir, ringgit mengalir lagi ke Malaysia setelah diterapkan kontrol
devisa. Dikatakan pula, ekspor lebih besar daripada impor, sehingga lebih
banyak untuk ditabung oleh pemerintah.
Meskipun terjadi
aksi jalanan Minggu lalu, namun kehidupan di Kuala Lumpur sampai kini seperti
tidak terganggu. "Krisis ekonomi ini baru terasa sedikit," komentar P Singh,
karyawan swasta sebuah perusahaan.
Sementara di
Jakarta, sekitar 50 aktivis pemuda yang menamakan dirinya Forum Solidaritas
untuk Reformasi Malaysia (Surem) berunjuk rasa di Kedutaan Besar Malaysia,
Jakarta, Kamis. Dalam pernyataannya, Surem mengutuk penangkapan Anwar.
Mereka juga menilai ISA melanggar hak asasi manusia.
Wakil Duta Besar
Malaysia untuk Indonesia, ABM Zain yang menerima empat wakil Surem memberikan
berkas ISA untuk dipelajari, apakah undang-undang tersebut melanggar HAM
sebagaimana dituduhkan. (nn)
|